Penyair Sutardji Calzoum Bachri adalah maestro perpuisian Indonesia. Sapardi Djoko Damono menempatkannya sebagai ‘mata kiri’ — untuk menyandingkannya dengan Cahiril Anwar yang disebut sebagai ‘mata kanan’ — kesusatraan Indonesia.
Tetapi, Sutardji, dengan nada guyon pernah menyebut dirinya sebagai ‘presiden penyair Indonesia’. Dan, sebutan itu melekat hingga sekarang. “Ketika Sutardji menyebut dirinya ‘presiden penyair’ sebenarnya hanya guyon, tapi julukan itu populer hingga sekarang,” kata Rendra, suatu hari.
Namun, siapapun mengakui Sutardji sebagai penyair besar. Meskipun kebesarannya tidak dapat diperbandingkan dengan Rendra atau Taufiq Ismail — karena masing-masing memiliki keunggulan sendiri — kritikus sastra Indonesia terkini, Maman S Mahayana, meniilai Sutardji lebih besar dibanding Chairil Anwar.
“Sutardji dapat dianggap sebagai salah satu tonggak terpenting perjalanan sejarah sastra Indonesia,” kata Maman dalam dialog sastra di Kafe Penus, komplek Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Kamis (5/7) lalu.
Menurut Maman, banyak aspek menarik pada puisi-puisi Sutardji, yang tidak akan habis-habisnya untuk dikaji, baik semangat pemberontakan, pencapaian estetik, maupun semangatnya untuk kembali ke puitika Timur, yakni puitika mantra — tradisi sastra lisan Melayu lama. “Selain puitika mantra yang membebaskan kata dari beban makna, puisi-puisi Sutardji juga dipengaruhi tasawuf,” katanya.
Dalam diskusi sastra pra-Pekan Presiden Penyair itu Maman menguraikan banyak aspek menarik dari karya dan pemikiran Sutardji, yang menurutnya akan dikaji tuntas dalam sesi seminar internasional — salah satu mata acara Pekan Presiden Penyair yang akan berlangsung di TIM pada 14-19 Juli 2007.
Menjelang diskusi, ketua panitia iven internasional itu, Asrizal Nur, mengemukakan alasannya mengapa memilih penyair kelahiran Riau itu untuk dirayakan secara cukup besar-besaran, bukan Rendra, misalnya. “Acara besar untuk Rendra sudah sering diadakan orang. Sedangkan untuk Sutardji belum. Padahal, peran Sutradji sangat penting bagi sastra Indonesia, dan banyak sisi kreatif yang layak diteladani,” katanya.
Menurut Asrizal, Pekan Presiden Penyair diadakan sekaligus untuk memperingati ulang tahun ke-66 Sutardji. Berbagai mata acara disiapkan untuk memeriahkan perhelatan yang diselenggarakan oleh Yayasan Panggung Melayu, yang diketuainya itu. “Kita adakan semeriah mungkin agar dampak apresiatifnya benar-benar terasa bagi masyarakat sastra Indonesia,” katanya.
Berbagai mata acara yang akan mewarnai Pekan Presiden Penyair ini, antara lain lomba baca puisi Piala Sutardji Calzoum Bachri, seminar internasional tentang karya-karya Sutardji, talkshow Sutardji Calzoum Bachri bersama siswa dan guru, panggung apresiasi, pameran foto, bazaar buku, serta ditutup dengan malam puncak dan pidato kebudayaan Sutardji Calzoum Bachri (SCB).
Seminar internasional, tambah Asrizal, akan menghadirkan pakar sastra dari dalam dan luar negeri, membahas fenomena kepengarangan Sutardji dari berbagai sisi dalam tiga sesi pembicaraan, yaitu Penerimaan Warga Sastra Dunia terhadap Karya SCB, Estetika Dalam Karya SCB, dan Posisi SCB dalam Peta Sastra.
Pembicara yang direncanakan tampil adalah Prof Dr Koh Young-Hun (Korea), Dr Haji Hashim Bin Haji Abd Hamid (Brunei Darussalam), Suratman Markasan (Singapura), Asmiaty Amat (Sabah), Dato’ Kemala (Malaysia), Dr Muhammad Zafar Iqbal (Iran), Maria Emelia Irmler (Portugal), dan Harry Aveling (Australia), serta para pakar sastra dari dalam negeri seperti Dr Abdul Hadi WM, Taufik Ikram Jamil, Prof Dr Suminto A Sayuti, dan Donny Gahral Adian.
“Seminar akan diadakan pada Kamis, 19 Juli 2007, di Galeri Cipta II TIM. Diharapkan akan dihadiri para sastrawan, seniman, pengamat sastra, kritikus dan akademisi sastra, peneliti sastra, aktivis komunitas sastra, siswa, mahasiswa, guru, pelajar, serta masyarakat umum,” tambah Maman, penanggung jawab seminar.
Sedangkan lomba baca puisi Piala Sutardji akan diadakan pada 14-16 Juli di halaman parkir TIM. Lomba dibagi ke dalam dua babak, penyisihan dan final. “Lomba bersifat terbuka dan lintas kategori. Persyaratan utamanya, peserta minimal berusia 15 tahun,” tambah Asrizal. “Pendaftaran peserta akan dilayani sampai tanggal 12 Juli 2007,” tambahnya.
Selama dua malam berturut-turut, 17-18 Juli, pukul 19.30, akan digelar Malam Apresiasi Karya Sutardji Calzoum Bachri di Teater Kecil TIM. Pada acara tersebut akan tampil beberapa seniman dan pejabat pemerintah untuk membacakan karya-karya Sutardji.
Pada 17 Juli, menurut Asrizal, akan tampil Jose Rizal Manua, Slamet Sukirnanto, Hamzad Rangkuti, Ahmadun Yosi Herfanda, Agus R Sarjono, Rukmi Wisnu Wardhani, Asrizal Nur, Shantined, Musikalisasi Local Ambeien, Amien Wangsitalaja, Diah Hadaning, Wanda Leopalda, Badai Muth Siregar, Rara Gendis, Hudan Hidayat, Remy Novaris DM, Chavcay Syaefullah, Wowok Hesti Prabowo, dan Musikalisasi Puisi Saung Pangulinan.
Panggung apresiasi, pada 18 Juli, akan dimeriahkan penampilan Ibu Ani Susilo Bambang Yudhoyono, Menteri Kehutanan MS Ka’ban, Menteri Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta, Menteri Pemuda dan Olahraga Adhiyaksa Dault, beberapa pejabat pemerintah dari daerah Riau, Kepulauan Riau, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan.
“Selain itu, juga akan tampil sejumlah penyair dan tokoh masyarakat, seperti KHA Mustofa Bisri, D Zawawi Imran, Fahrunnas MA Jabbar, Tan Lioe Ie, Acep Zamzam Noor, Fatin Hamama, Machzumi Dawood, Tusiran Suseno, serta musikalisasi puisi Sanggar Matahari dan Komunitas Budaya Nusantara Tanjung Pinang,” tambah Asrizal.
Malam puncak acara, 19 Juli 2007, pukul 19.00 WIB, akan diisi pidato kebudayaan oleh Ignas Kleden dan Sutardji Calzoum Bachri, pemutaran film dokumenter dan pentas musik SCB, serta beberapa penampilan seni pendukung lainnya.
Sutardji, yang sempat hadir pada diskusi sastra di Kafe Penus, menyambut gembira apresiasi yang begitu tinggi terhadap karya-karyanya. Ia berharap, acara ini akan dapat meningkatkan apresiasi masyarakat dan penghargaan pemerintah terhadap sastra. “Mudah-mudahan acara seperti ini juga dapat diselenggarakan untuk penyair lain,” katanya.
Talk Show dan Dua Bintang Tamu
Dua bintang tamu yang masih belia, Abdurahman Faiz (penyair cilik) dan Niken Larasati (siswa SMA, juara menulis cerpen nasional) akan ikut memeriahkan talk show Sutardji Calzoum Bachri bersama siswa dan guru.
Acara menarik ini akan digelar pada pada 18 Juli, pukul 09.00-12.00 WIB di Teater Kecil TIM. “Acara ini akan mempertemukan dan mengakrabkan Sutardji dengan para siswa dan guru SMA,” kata Asrizal Nur.
Karena itu, tambahnya, acara ini bersifat terbuka bagi para guru dan siswa dari daerah mana pun. “Para guru dan siswa yang berminat dapat mendaftarkan diri sesegera mungkin dengan mengontak panitia di 021-7752144. Pendaftaran akan ditutup jika jumlah peserta telah memenuhi kuota,” tambahnya.
Tetapi, Sutardji, dengan nada guyon pernah menyebut dirinya sebagai ‘presiden penyair Indonesia’. Dan, sebutan itu melekat hingga sekarang. “Ketika Sutardji menyebut dirinya ‘presiden penyair’ sebenarnya hanya guyon, tapi julukan itu populer hingga sekarang,” kata Rendra, suatu hari.
Namun, siapapun mengakui Sutardji sebagai penyair besar. Meskipun kebesarannya tidak dapat diperbandingkan dengan Rendra atau Taufiq Ismail — karena masing-masing memiliki keunggulan sendiri — kritikus sastra Indonesia terkini, Maman S Mahayana, meniilai Sutardji lebih besar dibanding Chairil Anwar.
“Sutardji dapat dianggap sebagai salah satu tonggak terpenting perjalanan sejarah sastra Indonesia,” kata Maman dalam dialog sastra di Kafe Penus, komplek Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Kamis (5/7) lalu.
Menurut Maman, banyak aspek menarik pada puisi-puisi Sutardji, yang tidak akan habis-habisnya untuk dikaji, baik semangat pemberontakan, pencapaian estetik, maupun semangatnya untuk kembali ke puitika Timur, yakni puitika mantra — tradisi sastra lisan Melayu lama. “Selain puitika mantra yang membebaskan kata dari beban makna, puisi-puisi Sutardji juga dipengaruhi tasawuf,” katanya.
Dalam diskusi sastra pra-Pekan Presiden Penyair itu Maman menguraikan banyak aspek menarik dari karya dan pemikiran Sutardji, yang menurutnya akan dikaji tuntas dalam sesi seminar internasional — salah satu mata acara Pekan Presiden Penyair yang akan berlangsung di TIM pada 14-19 Juli 2007.
Menjelang diskusi, ketua panitia iven internasional itu, Asrizal Nur, mengemukakan alasannya mengapa memilih penyair kelahiran Riau itu untuk dirayakan secara cukup besar-besaran, bukan Rendra, misalnya. “Acara besar untuk Rendra sudah sering diadakan orang. Sedangkan untuk Sutardji belum. Padahal, peran Sutradji sangat penting bagi sastra Indonesia, dan banyak sisi kreatif yang layak diteladani,” katanya.
Menurut Asrizal, Pekan Presiden Penyair diadakan sekaligus untuk memperingati ulang tahun ke-66 Sutardji. Berbagai mata acara disiapkan untuk memeriahkan perhelatan yang diselenggarakan oleh Yayasan Panggung Melayu, yang diketuainya itu. “Kita adakan semeriah mungkin agar dampak apresiatifnya benar-benar terasa bagi masyarakat sastra Indonesia,” katanya.
Berbagai mata acara yang akan mewarnai Pekan Presiden Penyair ini, antara lain lomba baca puisi Piala Sutardji Calzoum Bachri, seminar internasional tentang karya-karya Sutardji, talkshow Sutardji Calzoum Bachri bersama siswa dan guru, panggung apresiasi, pameran foto, bazaar buku, serta ditutup dengan malam puncak dan pidato kebudayaan Sutardji Calzoum Bachri (SCB).
Seminar internasional, tambah Asrizal, akan menghadirkan pakar sastra dari dalam dan luar negeri, membahas fenomena kepengarangan Sutardji dari berbagai sisi dalam tiga sesi pembicaraan, yaitu Penerimaan Warga Sastra Dunia terhadap Karya SCB, Estetika Dalam Karya SCB, dan Posisi SCB dalam Peta Sastra.
Pembicara yang direncanakan tampil adalah Prof Dr Koh Young-Hun (Korea), Dr Haji Hashim Bin Haji Abd Hamid (Brunei Darussalam), Suratman Markasan (Singapura), Asmiaty Amat (Sabah), Dato’ Kemala (Malaysia), Dr Muhammad Zafar Iqbal (Iran), Maria Emelia Irmler (Portugal), dan Harry Aveling (Australia), serta para pakar sastra dari dalam negeri seperti Dr Abdul Hadi WM, Taufik Ikram Jamil, Prof Dr Suminto A Sayuti, dan Donny Gahral Adian.
“Seminar akan diadakan pada Kamis, 19 Juli 2007, di Galeri Cipta II TIM. Diharapkan akan dihadiri para sastrawan, seniman, pengamat sastra, kritikus dan akademisi sastra, peneliti sastra, aktivis komunitas sastra, siswa, mahasiswa, guru, pelajar, serta masyarakat umum,” tambah Maman, penanggung jawab seminar.
Sedangkan lomba baca puisi Piala Sutardji akan diadakan pada 14-16 Juli di halaman parkir TIM. Lomba dibagi ke dalam dua babak, penyisihan dan final. “Lomba bersifat terbuka dan lintas kategori. Persyaratan utamanya, peserta minimal berusia 15 tahun,” tambah Asrizal. “Pendaftaran peserta akan dilayani sampai tanggal 12 Juli 2007,” tambahnya.
Selama dua malam berturut-turut, 17-18 Juli, pukul 19.30, akan digelar Malam Apresiasi Karya Sutardji Calzoum Bachri di Teater Kecil TIM. Pada acara tersebut akan tampil beberapa seniman dan pejabat pemerintah untuk membacakan karya-karya Sutardji.
Pada 17 Juli, menurut Asrizal, akan tampil Jose Rizal Manua, Slamet Sukirnanto, Hamzad Rangkuti, Ahmadun Yosi Herfanda, Agus R Sarjono, Rukmi Wisnu Wardhani, Asrizal Nur, Shantined, Musikalisasi Local Ambeien, Amien Wangsitalaja, Diah Hadaning, Wanda Leopalda, Badai Muth Siregar, Rara Gendis, Hudan Hidayat, Remy Novaris DM, Chavcay Syaefullah, Wowok Hesti Prabowo, dan Musikalisasi Puisi Saung Pangulinan.
Panggung apresiasi, pada 18 Juli, akan dimeriahkan penampilan Ibu Ani Susilo Bambang Yudhoyono, Menteri Kehutanan MS Ka’ban, Menteri Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta, Menteri Pemuda dan Olahraga Adhiyaksa Dault, beberapa pejabat pemerintah dari daerah Riau, Kepulauan Riau, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan.
“Selain itu, juga akan tampil sejumlah penyair dan tokoh masyarakat, seperti KHA Mustofa Bisri, D Zawawi Imran, Fahrunnas MA Jabbar, Tan Lioe Ie, Acep Zamzam Noor, Fatin Hamama, Machzumi Dawood, Tusiran Suseno, serta musikalisasi puisi Sanggar Matahari dan Komunitas Budaya Nusantara Tanjung Pinang,” tambah Asrizal.
Malam puncak acara, 19 Juli 2007, pukul 19.00 WIB, akan diisi pidato kebudayaan oleh Ignas Kleden dan Sutardji Calzoum Bachri, pemutaran film dokumenter dan pentas musik SCB, serta beberapa penampilan seni pendukung lainnya.
Sutardji, yang sempat hadir pada diskusi sastra di Kafe Penus, menyambut gembira apresiasi yang begitu tinggi terhadap karya-karyanya. Ia berharap, acara ini akan dapat meningkatkan apresiasi masyarakat dan penghargaan pemerintah terhadap sastra. “Mudah-mudahan acara seperti ini juga dapat diselenggarakan untuk penyair lain,” katanya.
Talk Show dan Dua Bintang Tamu
Dua bintang tamu yang masih belia, Abdurahman Faiz (penyair cilik) dan Niken Larasati (siswa SMA, juara menulis cerpen nasional) akan ikut memeriahkan talk show Sutardji Calzoum Bachri bersama siswa dan guru.
Acara menarik ini akan digelar pada pada 18 Juli, pukul 09.00-12.00 WIB di Teater Kecil TIM. “Acara ini akan mempertemukan dan mengakrabkan Sutardji dengan para siswa dan guru SMA,” kata Asrizal Nur.
Karena itu, tambahnya, acara ini bersifat terbuka bagi para guru dan siswa dari daerah mana pun. “Para guru dan siswa yang berminat dapat mendaftarkan diri sesegera mungkin dengan mengontak panitia di 021-7752144. Pendaftaran akan ditutup jika jumlah peserta telah memenuhi kuota,” tambahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar