Tak sepatah kata mampu mengucap keindahannya
Puitika juga bertekuk lutut pada gerai rambutnya
Pada bening mata itu kulihat kau berenang
ke tengah telaga. Kutahu, kaupun memburu cinta
Di antara mawar yang menyubur di taman hatiku
Hanya engkau, pesona yang menggetarkan jiwa
Di garis purnama engkau menari, dalam denyar angin
Engkau kerdipkan matamu. O, pesona yang menjerat rindu
Cinta mengerjap pada kerling matamu
Tak sepatah pahat mampu memaknai keindahannya
Estetika juga takluk pada lekuk tubuhnya
Di sudut bibirmu aku pun mengaduh
Terbuai harum keringatmu
Jakarta, Agustus 2003
Puitika juga bertekuk lutut pada gerai rambutnya
Pada bening mata itu kulihat kau berenang
ke tengah telaga. Kutahu, kaupun memburu cinta
Di antara mawar yang menyubur di taman hatiku
Hanya engkau, pesona yang menggetarkan jiwa
Di garis purnama engkau menari, dalam denyar angin
Engkau kerdipkan matamu. O, pesona yang menjerat rindu
Cinta mengerjap pada kerling matamu
Tak sepatah pahat mampu memaknai keindahannya
Estetika juga takluk pada lekuk tubuhnya
Di sudut bibirmu aku pun mengaduh
Terbuai harum keringatmu
Jakarta, Agustus 2003
Tidak ada komentar:
Posting Komentar